Mengenal Sosok Ade Armando, Dosen UI yang Babak Belur dan Ditelanjangi di Aksi Demo 11 April 2022
SahabatBaca - Aksi demo BEM SI 11 April 2022, yang dihelat di depan Kantor DPR berujung chaos.
Barisan masa aksi secara terpaksa dipukul mundur oleh aparat kepolisian. Mahasiswa dipukul mundur dengan gas air mata dari dalam kantor DPR.
Selain itu, di lokasi aksi tersebut terjadi hal yang tidak diinginkan, yakni peristiwa pengeroyokan yang dialami pegiat media sosial dan dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando, yang kebetulan berada di tengah-tengah masa aksi.
Ade Armando yang berada di tengah-tengah masa aksi tersebut, dikeroyok oleh sejumlah masa aksi yang tidak dikenal.
Para oknum pengeroyok tersebut terlihat menginjak-injak Ade Armando sampai berdarah. Bahkan ia tampak ditelanjangi.
Selang beberapa menit, sekelompok polisi kemudian datang dari dalam Gedung DPR untuk mengamankan Ade Armando.
Mereka mencoba mengamankan Ade Armando yang sudah babak belur dipukuli oleh masyarakat
Lalu, siapakah sebenarnya Ade Armando?
Ade Armando lahir dari daerah Minangkabau, anak dari pasangan Mayor Jus Gani dan Juniar Gani. Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya adalah seorang diplomat yang terpaksa harus turun setelah terkena dampak runtuhnya rezim Soekarno.
Ade Armando mengenyam pendidikan di SD Banjarsari I Bandung (tamat 1973), SMP Negeri 2 Bogor (tamat 1976), dan SMA Negeri 2 Bogor (tamat 1980).
Setamat SMA ia mendaftar kuliah di FISIP UI untuk menjadi diplomat. Namun, karena nilai mata kuliah ilmu pengantar politiknya rendah, ia pindah ke jurusan ilmu komunikasi.
Di kampus, Ade Armando aktif dalam pers mahasiswa di Warta UI. Ia belajar menjadi wartawan dari Rosihan Anwar dan Masmimar Mangiang. Ade Armando lulus sarjana komunikasi dan meraih gelar doktorandus pada 1988.
Secara prestasi, Ade Armando meraih gelar master of science dalam population studies dari Universitas Negeri Florida pada 1991. Selanjutnya, ia meraih gelar doktor dari Universitas Indonesia pada 2006.
Secara catatan karir, Ads Armando pernah menjadi wartawan majalah Prisma (1988–1989) dan Redaktur Penerbit Buku LP3ES (1991–1993). Pada 1993, Ade menjadi redaktur Republika, surat kabar Islam, sesuai obsesinya. Karena tekanan politik Orde Baru dan dirasa tidak objektif, ia lantas keluar dari koran itu.
Pernyataan Ade Armando di kanal berbagi video mulai dari YouTube Cokro TV tentang tidak adanya perintah salat lima waktu dalam Alquran menuai beragam reaksi, termasuk dari Kementerian Agama Republik Indonesia bahwa pernyataan Ade Armando tidak berdasar.
Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, dalam sanggahannya menyatakan, banyak sekali ayat dan hadis yang berbicara tentang salat, baik sebagai kewajiban maupun sebuah keutamaan.
Sedangkan Ketua MUI Abdullah Jaidi menegaskan bahwa Alquran dan hadis Nabi Muhammad SAW sudah memberikan penjelasan dengan jelas mengenai salat lima rakaat, salah satunya termaktub dalam Surat Al-baqarah ayat 43 yang pada intinya menyerukan umat Islam menegakkan salat dan menunaikan zakat. ***